#GUESASTRADANGUEBANGGA




Jika ada pepatah yang mengatakan, 'Tanpa sastra, kita bukan apa-apa', maka sudah selayakanya kita setuju. Bisa dibayangkan jika tidak pernah ada yang namanya tulisan. Tidak akan pernah ada yang namanya sejarah. Kita tidak akan tahu tentang masa lalu. Kita tidak akan tahu apa-apa. Kita tidak akan mengenal siapapun. Dan jika tidak ada sastra, tentu sekarang kita tidak perlu repot-repot ke sekolah untuk belajar.

Mungkin memang sepele dan sering dianggap remeh, tapi tanpa sentuhan sastra kita akan kesulitan dalam segala hal. Perhatikan saja lingkungan sekitar. Pasti ada huruf dan kata dimana-mana. Itulah mengapa sastra tidak bisa diabaikan begitu saja.

Sastra tak dapat dilepaskan dari penciptanya. Setiap sastrawan pasti punya 'voice' atau ciri khas pembawaannya. Tentu dengan membaca tulisan mereka, kita bisa langsung tahu siapa yang menulisnya. Itulah yang harus dimiliki setiap sastrawan. Sama seperti penyanyi yang memiliki warna suaranya sendiri-sendiri. Kita tentu tahu bagaimana Chairil Anwar bersuara melalui karya-karyanya, diantaranya adalah 'Aku'. Penikmat kata juga pasti tahu seperti apa Goenawan Mohammad membawa tulisannya hingga mengalir begitu saja dimata pembaca. Gaya khas Sapardi Djoko Damono juga bisa langsung dicerna dengan gaya bahasanya sendiri.

                    'Aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa yang membuat bayangan.'

Jangan lupakan juga Djenar Maesa Ayu yang beraliran feminisme dan cenderung bergaya vulgar dalam setiap tulisannya, satu diantaranya adalah 'SAIA'. Dewi Lestari pun mampu memukau kita dengan untaian katanya seperti dalam serial 'Supernova'. Satu nama lagi yang tidak boleh dilupakan adalah Ayu Utami, seorang sastrawan yang sudah mencintai sastra sejak kecil hingga akhirnya mampu lulus dari Universitas Indonesia jurusan Sastra Indonesia.

Dalam era sastra modern yang sudah terbuka dan lepas dari kekangan beragam kaidah, kita tentu mengenal Raditya Dika dengan humor khas yang melambungkan namanya. Satu nama yang terinspirasi dari Radit adalah Benazio Rizki Putra yang juga sudah memiliki buku atas namanya sendiri. Bena juga mulai terkenal setelah merambah dunia IT yang memang menjadi keahliannya. Untuk genre romance, kita pasti pernah mendengar nama Winna Efendi, penulis yang beberapa karyanya sudah diadaptasi ke dalam film. Satu diantaranya adalah 'Refrain'.

Sastrawan Indonesia pada dasarnya terinspirasi dari karya-karya sastrawan dunia. Di abad 18, nama Johann Wolfgang von Goethe melambung hingga menjadi sastrawan Jerman termasyur di masanya. Setelah Goethe, muncullah nama Friedrich Nietzsche sebagai penerus. Dari benua Eropa, Inggris melahirkan bakat hebat seperti Maxwel Bodenheim. Sebagai tetangganya, Irlandia juga memunculkan nama hebat yaitu Oscar Wilde. Ada juga Sir Arthur Conan Doyle, warga negara Inggris, yang menjadi terkenal berkat kisah 'Sherlock Holmes'. Di genre fiksi kriminal, setiap orang pernah mendengar nama Agatha Christie. Tidak hanya Agatha sastrawati dunia yang pernah ada, namun ada pula Virginia Woolf yang berdarah Inggris. Dan inspirator sastra dunia, Wiliam Shakespeare yang memulai karya-karyanya pada abad 15 dengan 'Hamlet' dan "Romeo and Juliet'.

Di era modern, dunia pun mengenal JK Rowling dengan ketujuh buku 'Harry Potter'-nya yang melegenda. Stephanie Meyer juga mendunia berkat kisah 'Twilight Saga' dan 'The Host'. Kita tentu juga ingat kisah 'The Hunger Games' karya Suzanne Collins yang juga telah difilmkan. Lawrence Block juga sukses setelah bukunya, 'A Walk Among The Thombstones' telah selesai difilmkan. Nama John Green juga terkenal dengan bukunya 'Looking for Alaska' dan 'The Fault in Our Stars'.

Lewat tulisan, kita bisa membagi banyak hal pada orang lain. Lewat tulisan, pandangan hidup seseorang bisa dipengaruhi. Lewat tulisan akan ada sejarah dan masa depan. Itulah mengapa, tanpa mengurangi respect terhadap bidang ilmu yang lain, saya cukup bangga dengan sastra. Karena tanpa sastra, kita bukan apa-apa.





~


Komentar

  1. Bukunya soe hok gie yg catatan seorang demonstran bagus feb

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Nostalgia Volunteer Java Jazz Festival 2016

Gue dan 'My Blog-graphy'

Ketika Kau LDR