Ketika Kau LDR





Sudah banyak orang di dunia ini yang bilang jika cinta bisa membuat seseorang melakukan apa saja, bahkan sampai mengorbankan banyak hal dan seolah berubah menjadi orang lain. Misalnya saja seorang raja di India rela mengeluarkan banyak uang untuk membangun sebuah istana guna mengenang sosok mendiang isterinya, yang sekarang bangunan tersebut telah kita kenal dengan nama Taj Mahal. Ada juga sepasang kekasih yang memutuskan untuk hidup bersama karena memiliki pekerjaan yang sama, misalnya Brad Pitt dengan Angelina Jolie serta Alan Budikusumah dengan Susi Susanti. Mereka menunjukkan bahwa cinta bisa membutakan ‘mata’ seseorang dan rela melakukan apa saja.

Bahkan tidak hanya manusia saja yang bisa dibutakan oleh cinta. Ambil contohnya burung lovebirds. Burung ini hanya mempunyai satu pasangan seumur hidupnya. Burung ini sangat setia dengan pasangannya sampai salah satu diantara mereka mati. Jika salah satunya sudah mati, maka pasangannya tersebut akan merenung dan bersedih sepanjang hari sampai setres dan akhirnya mati juga. Sungguh kisah yang romantis. Lihatlah betapa cinta bisa membuat seseorang melakukan segalanya.

Bahkan setiap hubungan yang didasari dengan nama cinta pasti membutuhkan pengorbanan. Hubungan orangtua dengan anaknya, hubungan seorang guru dengan murid, hubungan sepasang kekasih, khususnya antara sepasang kekasih yang sedang menjalani hubungan jarak jauh, atau yang biasa disebut dengan long distance relationship (LDR). Pengorbanan yang dilakukan oleh pasangan LDR ini akan jauh lebih banyak dan berat dibanding dengan pasangan lainnya. LDR akan terus menjadi topik menarik yang tidak akan pernah habis dibahas oleh para fakir asmara.

Gue gak pernah nyangka jika the power of love bisa memiliki dampak sedemikian besarnya. Bayangin aja kalo kita ada di posisi LDR. Kita bakal ngelakuin beragam cara supaya bisa bertukar kabar dengan orang yang kita sayang itu. Apapun kendala yang ada, kita akan selalu nyari jalan keluar supaya bisa memberi atau menanyakan kabar pada orang yang kita sayang itu. Coba aja kalo ke orang yang tidak kita pedulikan. Mau orang itu udah sampe nelponin kita puluhan kali pun, paling kalo kita gak ngangkat telponnya ya kita bakal reject teleponnya. Itu semua berasal dari sugesti otak kita.




Jika kita peduli pada seseorang, maka otak kita akan memberi sugesti pada kita secara tidak sadar untuk melakukan segala hal demi orang tersebut. Dan begitu juga sebaliknya. Sugesti itu tidak langsung datang dari otak kita, tapi bermula dari apa yang dirasakan oleh hati kita sendiri. Buat kalian yang saat ini lagi ngejalanin masa-masa LDR, coba deh kalian dengerin lagunya Raisa dengan judul yang sama dengan hubungan kalian itu. Percaya sama gue, lo pasti akan nangis terisak-isak. Karena gue pun begitu.

LDR yang sejatinya adalah suatu tahap dalam menjalin sebuah hubungan, bukanlah hal yang mudah untuk dilalui. Orang yang menjalani LDR harus lebih banyak bersabar, lebih banyak percaya, dan yang paling penting dalam hubungan ini adalah: orang yang LDR harus lebih banyak menunggu. 

Pertama, lebih banyak bersabar. Orang yang LDR biasanya jarang punya kesempatan untuk bertemu, kebanyakan dikarenakan waktu yang sulit atau karena kesibukan masing-masing. Bisa juga dikarenakan jarak yang jauh yang memisahkan mereka. Untuk bisa bertemu, orang yang LDR harus bersabar dalam menentukan waktu yang pas bagi mereka berdua, disaat mereka sama-sama bisa bertemu. Dan lagi mereka harus sabar dan tegar karena mereka tidak bisa dengan mudah sering-sering bertemu.

Orang yang LDR punya tingkat kesabaran yang lebih besar dari orang lain yang menjalani hubungan biasa. Jika orang lain bisa setiap hari bertemu dengan pasangannya di tempat kerja atau di sekolah, maka orang yang LDR tidak bisa. Jika orang lain bisa dengan mudah menentukan waktu untuk pergi jalan bersama, maka orang yang LDR tidak bisa. Bahkan orang yang LDR harus senantiasa bersabar menunggu dari waktu pertemuan mereka yang satu ke waktu pertemuan mereka selanjutnya. Dan biasanya jeda waktu antara pertemuan mereka cukup lama. More patience.
 
Kedua, lebih banyak percaya. Jika setiap hari orang lain bisa bertemu dengan pasangannya dengan mudah, maka orang yang LDR tidak bisa. Dan dari jarangnya pertemuan mereka itu, mereka harus lebih banyak percaya satu sama lain. Percaya pada apa yang dikatakan oleh pasangannya. Tentu komunikasi yang dijalin dengan kecanggihan teknologi akan berbeda rasanya dibanding komunikasi dengan bertatap muka secara langsung. Orang yang LDR tentu tidak tahu apakah yang dikatakan pasangannya benar adanya ataukah tidak. Apakah pasangannya berkata jujur ataukah tidak. 



Mereka hanya bisa meyakinkan diri sendiri jika hal itu memang benar dan pasangannya tidak berbohong. Dan kebanyakan orang yang LDR memang melakukan hal itu. Jika pasangannya memang berkata apa adanya, tentu tidak akan jadi masalah. Namun lain lagi ceritanya jika yang dikatakan bukanlah hal yang sebenarnya. Tentu nantinya orang tersebut akan kecewa. Mungkin pernah ada istilah ‘berbohong demi kebaikan’. Tapi apapun alasannya, berbohong adalah hal yang tidak seharusnya dilakukan. Berbohong sama saja dengan merusak kepercayaan yang sudah diberikan orang lain pada kita. Karena membangun rasa percaya pada orang lain tidaklah mudah. More trust

Ketiga, lebih banyak menunggu. Orang yang LDR pasti akan banyak melewati masa hubungannya dengan menunggu. Menunggu kabar dari pasangannya, menunggu telpon dari pacarnya, menunggu waktu untuk bertemu, menunggu antrian di restoran sendirian saja, dan masih banyak menunggu-menunggu yang lainnya. Hal paling menyakitkan dalam LDR adalah menunggu. Seseorang hanya bisa menunggu sendirian. Menunggu orang yang disayang namun harus terbatas dengan jarak dan waktu. 

Menunggu dengan kecemasan dan ketidakpastian. Orang yang LDR harus menunggu dan juga mengalah. Mengalah pada situasi. Mengalah pada keadaan yang ada. Keadaan yang memisahkannya dengan pasangannya. Sama seperti gue yang ketika menulis bab ini harus terus menunggu ‘si dia’. More waiting. Karena orang yang sedang LDR sejatinya adalah orang yang harus lebih banyak menunggu sendirian.



Selama ini gue udah sering banget denger orang yang bilang kalo LDR itu susah, gak ada untungnya, buang-buang waktu doang, bikin capek hati aja, dan lain sebagainya. 

            Pernah juga ada orang yang bilang, ‘ngapain sih bela-belain LDR sama dia, kayak cewe di dunia ini cuma dia doang.’ 

Mungkin menurut pendapat sebagian besar orang, hal-hal tadi adalah benar. Tapi menurut gue, tidak sepenuhnya kayak gitu. Gue punya sudut pandang yang berbeda soal LDR.


Kebanyakan orang emang berpendapat kalo LDR itu gak ada untungnya. Lah ini lo mau ngejalanin hubungan atau jadi engko-engko Glodok, mikirinnya untung mulu? 

Terus ada lagi yang bilang kalo LDR itu buang-buang waktu. Emangnya pasangan-pasangan yang gak LDR-an itu gak ngebuang waktu mereka? Sama-sama ngebuang waktunya buat telponan, makan bareng, nonton bareng juga kan, kayak yang lagi LDR? Apa orang-orang yang gak LDR menjalani waktu dalam hidupnya dengan berhenti seketika gitu aja pas lagi nge-date sama pacarnya? 

Terus ada lagi yang bilang LDR itu cuma bikin capek hati. Kalo pacaran tapi gak mau capek hati, ya gausah pacaran. Jadilah single happy yang gak banyak maunya. Mau LDR ataupun nggak, setiap hubungan pasti bakal bikin hati kita bekerja, dan kadang kalo kerjanya berlebihan, hati bisa capek juga. 

            Yang terakhir, ada yang bilang, ‘ngapain sih bela-belain LDR sama dia, kayak cewe di dunia ini cuma dia doang.’ 

Emang sih cewe di dunia ini gak cuma dia doang, tapi cewe yang bisa bikin nyaman kayak yang dia lakuin apakah jumlahnya banyak?
            Ibaratnya, ‘ikan di laut emang banyak, tapi apa ada lagi ikan yang kayak gini?’

Kalo ngejalanin hubungan cuma buat deket dan ketemu setiap hari doang, itu emang gampang. Tapi kalo misalnya menjalani hubungan dengan jarang ketemu dan bisa saling percaya satu sama lain, itu baru susah. Karena kedewasaan diri kita bakalan makin teruji dengan rintangan yang semakin berat. Pisau gak akan tajam kalo gak diasah. Pensil yang tidak diraut tidak akan nyaman digunakan. Cristiano Ronaldo gak akan terkenal kalo dulu gak main di MU. Tidak semua orang bisa dan mau menjalani LDR. Tapi justru dengan menjalaninya, kita akan menjadi pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik dari sebelumnya.



Sejatinya, alam sendiri sudah mengajarkan kepada kita pengorbanan hubungan LDR yang sangat bermakna. Sebuah hubungan LDR yang tak lekang oleh waktu dan tiada duanya, yaitu antara matahari dan bumi. Bingung kan? Gue sendiri awalnya bingung. Tapi setelah bertapa dan mencoba memahaminya, gue pun mengerti. Tidak ada yang bisa menandingi pengorbanan LDR yang dilakukan matahari, yang berjarak ratusan ribu kilometer dari bumi, namun tak pernah berhenti menyinari dengan pancaran sinar hangatnya, karena matahari tahu jika dirinya bersinar, maka akan ada proses kehidupan di suatu tempat yang jauh darinya. Matahari tidak memerlukan jarak yang dekat untuk bisa memberikan kasihnya pada bumi. 
 
Bahkan jika kita mau mencermati, sesungguhnya matahari tidak mendapatkan apa-apa dari bumi sebagai timbal baliknya. Tapi matahari tetap menyinari bumi tanpa berharap balas jasa. Matahari, yang menurut ilmu pengetahuan dinyatakan dengan sah sebagai benda mati, mampu mengajarkan pada kita bagaimana mengasihi tanpa batasan jarak dan tanpa pamrih. Matahari yang berjarak ratusan ribu kilometer saja bisa mengasihi bumi. 

            Jadi, seberapa jauhkah jarak lo dan orang yang lo sayang?
            Dan sudah seberapa besar cinta yang lo berikan? 





~



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Nostalgia Volunteer Java Jazz Festival 2016

Gue dan 'My Blog-graphy'