The Fast and Furious-nya Indonesia, "Street Society"



Halo my loyal readers!! : ) 



Kali ini gue akan membahas mengenai film. Buat kalian yang ngaku pecinta film, baik itu film luar maupun film Indonesia, kalian gak update kalo belom nonton film ini. Film yang akan gue sharing-kan kali ini adalah film balapan karya anak bangsa yang berjudul “Street Society”. Gue waktu itu nonton di hari ketiga perilisannya. Buat lo yang udah nonton maupun belom, mungkin tulisan gue ini bisa menceritakan tentang jalan ceritanya. Film ini bisa tergolong dalam genre drama, racing, dan sedikit action.

                                          

Film yang disutradarai oleh Awi Suryadi ini berbeda dengan film-film Indonesia kebanyakan yang bergenre drama cinta ataupun horror. Memang di dalam film ini masih ada unsur dramanya, tapi yang lebih mendominasi adalah car racingnya. Dengan budget pembuatan sekitar 18 milyar rupiah, film ini menampilkan banyak koleksi mobil sport mewah seperti Lamborghini, Mc Claren, Ferrari, Aston Martin, Mustang Shelby, Nissan Skyline GTR, dan masih banyak lagi. Dunia balapan liar di malam hari menjadi selling point dalam film ini, terlebih karena belum ada film Indonesia yang seperti itu.
 

Nah gausah lama-lama basa-basi, langsung aja gue certain gimana kisahnya. Film ini dimulai dengan adegan balapan liar antara Rio (yang diperankan Marchel Candrawinata) dengan Nico (yang diperankan Edward Gunawan) di jembatan Suramadu, Jawa Timur.


Balapan yang tentunya berlangsung di malam hari itu akhirnya dimenangkan oleh Rio, yang memang menjadi tokoh utama dalam film ini. Tak terima, Nico pun menantang Rio untuk tanding ulang pada waktu yang dia tentukan.

Diceritakan pula jika Rio memiliki seorang kakak laki-laki yang sudah menikah yakni Marco (yang diperankan Marcelino Lefrandt). Marco adalah seorang owner dari sebuah toko furniture terkenal. Dia juga menjadi tulang punggung setelah ayah dan ibu mereka meninggal. Semua kebutuhan yang Rio perlukan, Marco selalu memberi, meskipun dia tidak senang dengan sikap hedonism dari adiknya itu. Diceritakan juga isteri dari Marco, yakni Aisyah (yang diperankan Wulan Guritno) yang sudah memiliki dua orang anak. Meskipun begitu, Aisyah tetap menjaga penampilan dan bentuk tubuhnya, sehingga ia masih terlihat cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi. Nantinya juga diceritakan jika Rio sering menjaga dan bermain bersama kedua anak kakaknya itu. Rio menjalankan tugasnya sebagai adik dan om yang baik.



Nah untuk merayakan kemenangan balapannya tadi, Rio mengajak sahabat sekaligus montir pribadinya Monty (yang diperankan Daniel Topan) ke sebuah klub malam.

Tak lupa juga Om Franky (Ferry Salim) yang menjadi pemilik dealer langganan Rio untuk ikut merayakan kemenangan itu. Rio, Monty, dan Om Franky sudah sangat akrab seperti teman sendiri, tidak kaku hanya sebatas hubungan kerja semata. Kehidupan glamour juga menjadi point penting yang tidak bisa lepas dari film ini.




Sesampainya di sana, mereka berempat sangat menikmati suasana yang ada di klub tersebut. Alunan musik menemani pesta kemenangan mereka. Sampai suatu ketika Rio melihat Yopie (Edward Akbar), yang adalah anak kandung dari Dompa, seorang mafia terkenal Indonesia di akhir tahun 90an. Om Franky menjelaskan pada Rio bahwa Yopie adalah orang yang berbahaya, ia bisa melakukan apa saja yang dia mau dengan kekayaan dan anak buahnya yang sangat setia. Namun Rio tidak menganggap hal itu penting bagi dirinya.


Ternyata Karina baru datang ke Jakarta dari Brazil. Dalam pertemuan singkatnya dengan Rio, Karina menyatakan rasa kecewanya pada Jakarta yang adalah sebuah ibu kota negara. Dia mengatakan terlalu banyak kendaraan dengan satu atau dua orang penumpang di jalanan Jakarta yang tidak sebanding dengan jumlah jalan raya yang ada, sehingga menyebabkan kemacetan yang sudah menjadi teman hidup seluruh warga Jakarta sendiri. Ada satu kalimat Karina yang dia katakan untuk membalas pernyataan Rio.

“Sebuah kota bisa dikatakan maju bukan karena orang miskinnya mau naik kendaraan mewah, tapi karena orang kayanya mau naik kendaraan umum”.

Mendengar hal itu, Rio cukup kaget dan terkesan pada Karina, yang ternyata adalah seorang Disk Jockey yang akan main di klub itu sebentar lagi. Rio yang sejatinya adalah seorang playboy dan sudah puluhan kali gonta ganti pacar, merasa ada yang berbeda dari diri Karina dan membuatnya tertarik. Karina berbeda dari perempuan lain yang pernah dia temui sebelumnya. Saat Karina sedang memainkan musik, Rio sangat menikmati dan terus melihat ke arah Karina yang tidak sadar akan hal itu.


Selesai menjadi DJ, Karina dibawa paksa oleh anak buah Yopie ke ruangannya. Melihat hal itu, sontak Rio langsung bangun dari tempat duduknya dan mengikuti mereka. Saat Rio bertemu dengan Yopie, Rio menyuruh supaya Karina dibebaskan. Yopie hanya tertawa. Dia bilang bahwa dia terkesan dengan aksi balapan antara Rio dan Nico. Yopie salut dengan kemampuan Rio. Mendengar hal tersebut, Rio pun mengajak Yopie untuk balapan, dengan syarat jika dirinya menang, Yopie harus membebaskan Karina dan meminta maaf padanya juga. Yopie menerima tawaran itu dengan senang hati dan mulai menggertak Rio. Rio tidak takut karena dia percaya dirinya bisa menang.


Mereka berdua pun bersiap dengan mobil masing-masing. Rio menggunakan mobil yang sama saat dirinya mengalahkan Nico, yaitu Lamborghini Murcielago berwarna hijau. Balapan pun dimulai dengan jarak tempuh dua lap. Di awal, Yopie memimpin dan Rio hanya mampu mengikuti di belakangnya. Yopie sangat excited karena mampu unggul dari Rio. Rio masih terus berusaha sesekali menyalip Yopie. Lap pertama berakhir, Yopie finish lebih dulu. Teman-teman Rio cukup was-was melihat teman mereka itu tertinggal. Karina pun juga melihat balapan itu dengan cemas. Lap kedua Rio menaikkan kecepatannya dan berhasil menyalip Yopie. Sepanjang lap kedua, Yopie terus tertinggal dari Rio. Dan pada akhirnya, Rio mampu finish sebagai pemenang.
 

Selesai balapan, Rio menagih janji Yopie untuk minta maaf dan membebaskan Karina. Yopie pun berkata bahwa dia akan menepati janjinya sebagai laki-laki. Yopie pun meminta maaf pada Karina sekembalinya mereka ke klub malam tersebut. Rio hanya melihat dari jauh saat Yopie meminta maaf. Saat ingin pulang, Karina dihampiri oleh Rio yang mengajaknya untuk pulang bersama. Saat itu keadaan Rio sedang mabuk. Spontan, Karina tidak menanggapi ajakan itu dan terus menunggu taksi. Saat Karina sudah naik taksi, tiba-tiba Rio jatuh pingsan. Karina pun tidak tega dan membawa Rio untuk diantar pulang dalam kondisinya yang setengah sadar.

Setelah tiga kali salah rumah karena masih mabuk, akhirnya mereka sampai di rumah Rio. Karina bersama bibi pembantu rumah Rio membawa Rio ke kamarnya. Setelah itu, Karina pun pamit pulang. Esok paginya saat Rio sudah sadar, dia bertanya kepada bibinya siapakah yang membawanya pulang tadi malam. Bibinya hanya berkata, ”Masa mas Rio gak inget? Harusnya yang gak nginep itu mas yang diinget”. Wajar saja bibinya berkata seperti itu, Karena sudah bukan rahasia lagi jika Rio sering membawa teman wanitanya untuk menginap tidur bersama.

Rio pun langsung menelepon temannya dan meminta nomer Karina dengan alasan untuk say thank you (padahal niatnya lebih dari itu). Setelah mendapat nomer Karina, Rio meneleponnya dan ingin mengajak makan bersama. Tapi Karina tidak pernah merespon dengan baik. Rio pun selalu berusaha mengajak Karina jalan bersama dengannya naik mobil hijaunya itu. Tapi Karina selalu menghindar dan selalu lebih memilih naik taksi. Hal lucu terjadi saat suatu ketika Karina hendak pulang dari kampus dan sedang menunggu taksi, tiba-tiba Rio datang dengan menyetir taksi dengan gaya balapan khasnya. Taksi biru dibawanya dengan gaya drift khas balapan liar. Karina pun kaget dan tidak bisa berkata-kata. Berhubung dia sudah lama menunggu dan tidak ada taksi yang lewat, dia pun mau naik taksinya Rio.

Dalam perjalanan, Rio kembali mengajak Karina untuk sekedar makan siang bareng. Tapi Karina kembali menolak dan bilang ingin langsung diantar pulang ke rumahnya. Saat itu juga hape Rio berbunyi. Ternyata kakaknya yang menelepon, minta tolong supaya Rio menjemput kedua anaknya yang berada di sekolah. Rio pun mengiyakan dan segera menuju ke sekolah ponakannya. Mau gak mau Karina Cuma bisa ikut sama Rio jemput ponakannya.

Sesampainya di sekolah, Rio langsung menghampiri ponakannya yang sudah menunggu. Ponakannya ada dua, satu perempuan dan satu laki-laki. Rio memeluk mereka dan menyuruh mereka masuk. Kedua ponakan Rio ini langsung bisa akrab dengan Karina yang baru mereka jumpai. Karena hari sudah siang, mereka berempat pun sepakat untuk makan dulu. Karina bisa berbaur dengan ponakan Rio dengan baik, dan dia juga kagum pada Rio yang mampu menjadi sosok om yang baik dan penyayang pada ponakannya itu. Tampang Rio tidak menggambarkan sifatnya yang asli. Hobi Rio yang suka balapan ternyata tidak membuatnya kaku pada anak-anak.

Karina ngobrol banyak dengan Rio, dan sempat bertanya, “udah berapa kali pake cara ini buat deketin cewe?” Rio pun menjawab, “baru kali ini doang, cuma buat yang bener-bener spesial aja”.

Rio juga kagum dengan Karina, yang adalah tipe cewe yang gapernah dia temui sebelumnya. Mereka saling cerita banyak hal. Karina bilang kalo dia jadi DJ itu cuma hobi aja. Dia jadi DJ hanya untuk menyalurkan gairah bermusiknya aja, dan nggak bakal dijadiin profesi tetap. Rio juga terkesan dengan Karina yang masih ingin melanjutkan kuliahnya sampai S2. Padahal sebelumnya dia hanya bertemu dengan berbagai cewe yang cuma membahas tentang party, baju mahal, penampilan, dan laki-laki. Mereka berdua mulai cocok dan saling suka. Mulai tertarik satu sama lain. Dan dari sinilah kisah cinta mereka dimulai.


(Please be patient for the next part)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Nostalgia Volunteer Java Jazz Festival 2016

Gue dan 'My Blog-graphy'

Ketika Kau LDR