Sherlock Holmes, Legenda Sastra Dunia






Jika gue harus menyebutkan satu nama yang pasti dikenal oleh semua orang, gue akan menyebutkan nama Sherlock Holmes. Setidaknya setiap orang pasti tahu status dan reputasi Sherlock Holmes. Pertama kali gue mengenal Holmes adalah melalui kisah di buku-bukunya. Atas saran dari seorang sepupu, gue mulai ‘memasuki’ dunia Holmes yang disajikan berdasarkan sudut pandang dr. Watson, seorang sahabat, rekan, sekaligus partner kerja Holmes.

Dituliskan selalu mengenakan mantel hangat dan mengisap cerutu, Holmes adalah sosok yang sangat berdedikasi pada perkejaannya sebagai seorang detektif. Tidak seperti polisi yang memiliki pangkat, mendapat penghasilan, memiliki banyak anak buah, dan memperoleh popularitas atas keberhasilan setiap kasus yang diselesaikan, dunia Holmes justru jauh dari semua hal tersebut. Dalam beberapa kisah pendeknya, Holmes rela dibayar murah bahkan tidak dibayar atas kasus-kasus yang sedang ditanganinya. Holmes mengabdikan dirinya untuk membuktikan kebenaran. Hal lain yang lebih mengesankan adalah terkadang Holmes memecahkan kasus jauh lebih cepat dibandingkan polisi yang bekerja lebih terorganisir. Fakta yang sebenarnya terdengar  janggal namun memang demikian yang terjadi.

Holmes tinggal mengontrak di sebuah rumah milik Ny. Hudson bersama dengan dr. Watson di Baker Street. Tidak seperti dalam bukunya, karakter Holmes dan dr. Watson dalam film diceritakan memiliki seekor anjing putih yang juga pintar berpura-pura mati sama seperti Holmes yang pintar menyamar. Holmes juga memiliki seorang kakak bernama Mycroft, namun latar belakangnya tidak banyak dijelaskan selain memiliki sebuah usaha pribadi. Dituliskan dalam beberapa kasusnya, klien Holmes sering datang ke rumah kontrakannya untuk meminta bantuan secara langsung.

Latar belakang kisah Holmes yang hidup sebelum era modern membuat gue sangat tertarik. Era yang masih menggunakan kereta kuda sebagai alat transportasi, mesik tik sebagai alat penulis pesan, maupun jas mantel sebagai busana sehari-hari. Dituliskan secara jelas dalam bukunya bahwa Holmes sangat suka merokok, sama seperti yang disajikan melalui filmnya. Kemanapun Holmes pergi, ia selalu membawa pipa cerutu hitam kesayangannya. Penampilannya yang berantakan bahkan cenderung ‘urakan’ terlihat jelas baik di buku maupun filmnya. Dengan jelas tergambarkan dalam film penampilan Holmes yang selalu mengenakan kemeja longgar yang tidak rapi dan selalu lusuh serta celana pengait bertali, yang tidak terlalu ditekankan dalam bukunya. Jangan lupakan sikap Holmes yang cenderung arogan bahkan merendahkan orang lain, terutama kepada pihak polisi yang selalu beberapa langkah ‘tertinggal’ di belakangnya.

Melalui buku dan filmnya, Holmes adalah sosok yang sangat ahli dalam menyamar, berdebat,  bahkan mengintimidasi orang lain agar mau menuruti semua perkataannya. Dengan segala kecerdikannya, Holmes dengan mudah memeroleh segala yang ia mau. Berbeda dengan bukunya, film-film Holmes menyajikan hanging ending  khas Hollywood yang membuat penonton jelas penasaran. Seolah sang sutradara ingin menguatkan kesan Holmes sebagai tokoh yang misterius dalam setiap kasusnya. Namun, ada satu hal yang selalu mengusik pikiran gue, yaitu selalu lolosnya Holmes dari kematian, entah karena kemampuannya, keadaan tempat tersebut, maupun pertolongan tokoh lain. Fakta Holmes tersebut semakin menegaskan pernyataan ‘tokoh utama tidak mungkin mati’ baik di buku maupun filmnya. Meskipun Holmes sebenarnya pernah ‘mati’ saat harus berhadapan dengan musuh abadinya Prof. Moriarty, baik di buku maupun filmnya.

Hubungan Holmes dan dr.Watson sangat akur dan jauh dari pertikaian besar nan berkelanjutan. Memang, ada kalanya Holmes bersikap egois dan tidak memikirkan kepentingan dr. Watson. Bahkan terkadang terkesan memaksa dan tidak memberi dr. Watson pilihan lain selain ikut bersamanya. Dokter Watson terkenal karena kesetiaannya pada Holmes, buktinya Holmes selalu ‘dikawal’ dr. Watson kemanapun ia pergi. Dalam setiap perjalanannya, Watson selalu bawa pistol kecil yang hanya berisi beberapa peluru. Holmes selalu mengingatkan dr. Watson untuk selalu menghemat peluru-pelurunya itu.

Keistimewaan Holmes adalah kemampuan deduksinya yang selalu membuat orang lain tercengang dan bertanya-tanya karena semua hal terlihat mudah seolah mendapat sentuhan ilmu sihir. Metode yang digunakan Holmes sama seperti metode yang digunakan detektif-detektif umumnya, yaitu mengumpulkan bukti-bukti yang ada serta membuat sebuah rentang waktu kejadian yang berkaitan. Mungkin, kelebihan Holmes adalah kemampuannya untuk mengingat segala detail kecil yang mungkin luput dari perhatian orang lain. Ditambah dengan kemampuan berpikir logis diatas rata-rata manusia, Holmes adalah contoh nyata detektif yang mumpuni. Ciri khas Holmes, baik dalam film maupun buku, adalah kemampuannya menjabarkan fakta-fakta yang ada dan bagaimana cara ia menemukan bukti-bukti tersebut, yang biasa ia lakukan di akhir sebuah kasus yang telah dipecahkannya. Dengan penjabarannya, orang lain yang semula merasa janggal dan tidak mengerti, baru menyadari bahwa semua yang terjadi dalam kasus tersebut sangat masuk akal dan berkaitan satu sama lain.

Karakter Holmes di buku maupun film dikenal sebagai sosok yang tidak menaruh banyak perhatian pada sosok wanita. Holmes lebih fokus pada profesinya yang bertujuan untuk membantu orang lain. Holmes beranggapan bahwa kaum wanita adalah kaum yang selalu bertindak irrasional dan selalu menggunakan emosi ketimbang logika dalam setiap tindakan mereka. Itulah mengapa Holmes dikisahkan tidak memunyai pacar apalagi istri. Namun, semua anggapannya itu lenyap ketika Holmes bertemu dengan Irene Adler. Kekagumannya pada Irene Adler, seorang wanita yang cerdik dan misterius, membuat Holmes menghapus pandangan buruknya pada kaum wanita. Semenjak saat itu, Holmes tidak pernah berhenti memikirkan Irene Adler.

Kekaguman Holmes pada Irene Adler tentu memunyai alasan. Kecerdikan Irene Adler, yang pada suatu ketika dalam buku kisah Sherlock Holmes, mampu membuat Holmes ‘termakan’ oleh jebakannya sendiri. Saat itu Irene Adler diduga memiliki hubungan gelap dengan seorang pangeran kerajaan dan telah mencuri sebuah benda berharga milik pangeran tersebut. Seperti yang kita duga tentunya, sang pangeran itu meminta bantuan kepada Holmes agar benda berharga miliknya bisa kembali. Seperti kebiasaannya selama ini, Holmes pun menyiapkan jebakan untuk menangkap Irene Adler, yang hanya ia ketahui sosoknya dari sebuah foto yang disimpan oleh sang pangeran. Namun, kecerdikan dan nama besar Holmes mampu dengan mudah dipatahkan oleh Irene Adler. Itulah alasan Holmes seolah ‘jatuh cinta’ pada seorang Irene Adler. Karena kasus inilah Holmes pun mulai menyimpan foto Irene Adler pemberian dari sang pangeran.

Sebagai seorang aktor, Robert Downey, Jr berhasil menginterpretasikan karakter Holmes menjadi nyata dalam film. Robert tidak membawa karakter pribadinya sendiri ke dalam karakter Holmes, begitu juga sebaliknya. Penampilannya bersama Jude Law (dr. Watson) dan Rachel Mc Adams (Irene Adler) nampak seperti tiga serangkai yang tak terpisahkan satu sama lain. Kadang ketika melihat mereka berakting di film lain, gue seringkali masih membayangkan image mereka di film Sherlock Holmes karena pembawaan mereka sangatlah total pada karakter-karakter tersebut.

Segala hormat secara khusus gue sampaikan kepada Sir Arthur Conan Doyle, yang dengan imajinasinya yang sangat mengagumkan mampu menuliskan kisah yang menjadi bagian dari sejarah dan khazanah sastra dunia dengan latar belakang sudut pandang yang sering dianggap remeh oleh banyak orang, dunia seorang detektif.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Nostalgia Volunteer Java Jazz Festival 2016

Gue dan 'My Blog-graphy'

Ketika Kau LDR