Catatan Nostalgia Festival Jazz Jawa 2014

Berminggu-minggu akhirnya post gue yang ini selesai juga. Post ini lumayan lama gue tulis. Tapi akhirnya setelah mendaki gunung lewati lembah, setelah negara api berhasil gue kalahkan sendirian, post ini kelar juga.  Penulisan post ini selalu kepotong karena banyaknya tugas dan tanggung jawab gue di organisasi sekolah gue. Ehem. Maklum orang penting. *benerin dasi*



Nah buat temen-temen yang ngaku sebagai music addict, pasti tau dan udah gak asing lagi sama yang namanya Java Jazz Festival. Kebetulan tanggal 28 Februari kemaren gue sempet dateng ke sana. Itu adalah pertama kalinya gue datang ke JJF. Ketika itu gue datang ke sana bareng sama seorang teman gue yang memang akan perform di sana.





                             





                  




Hari itu gue baru on the way ke sana sekitar jam setengah 6 sore, bareng sama temen gue itu. Berhubung jalanan lumayan padat karena jam pulang kantor, maka perjalanan gue cukup lama dan akhirnya baru tiba di Jakarta International Expo sekitar jam 8 malam. Sesampainya di sana, gue dihadapkan pada antrian pengunjung yang ingin masuk. Antriannya lumayan panjang, sekitar 50 meter dari gerbang masuknya. Belom apa-apa gue udah setres duluan. Tapi berhubung udah sampe disini, gue gak mungkin balik kanan bubar jalan (baca: pulang).


Ternyata meskipun udah malam tapi masih banyak aja orang yang baru pengen masuk ke sini. Secara kalo diitung-itung masuk jam segitu udah lumayan rugi, karena dengan bayar harga tiket yang sama tapi cuma bisa nonton show yang lebih pendek durasinya. Karena udah banyak juga artis yang udah tampil dari sore harinya. Melihat antrian yang lumayan panjang tapi tetap tertib, gue pun berkata dalam hati, untungnya aja gue dateng ke festival musik yang tepat. Coba aja kalo gue dateng ke festival musik rock atau bahkan metal. Gak bakal ada antrian masuk yang kondusif dan tertib. Malahan yang ada kerumunan orang itu akan saling adu jotos supaya bisa masuk duluan ke dalam tanpa harus ngantri lama-lama. Haaahh. Gue gak kebayang kalo khayalan gue bener-bener kejadian. Baru aja ngantri depan gerbang masuk, tapi gue udah langsung di gotong petugas keamanan disitu ke mobil ambulance karena sekarat kehabisan darah gara-gara kepala gue bocor. Sia-sia dong gue udah beli tiket pake duit tabungan gue sendiri. Tapi nyatanya segala anggapan buruk gue itu gak terwujud dan sekarang gue udah ada di dalem area festivalnya.


Setelah sekitar 25 menit mengantri, akhirnya gue bisa juga masuk ke sana (fireworks) (Np: We Are The Champions). Suasana pertama yang gue lihat pas udah masuk ke sana adalah di sana isinya manusia semua, sana-sini manusia, gue jadi pusing ngeliatnya. Anyway, gue langsung menuju ke stage tempat teman gue itu akan perform. Saat dalam perjalanan menuju ke stage yang dimaksud, gue dan teman gue sempat ketemu dengan beberapa artis.

 

Gue akan menceritakan satu diantaranya. Suatu ketika dalam perjalanan menuju ke stage yang dimaksud, gue dan sohib gue ini berpapasan dengan seorang cewe yang wajahnya tidak asing bagi gue. Rambutnya panjang dan memakai baju putih bergaris hitam (kalo gasalah). Ketika berpapasan dengan cewe tersebut, gue cuma diem, karena gue masih ragu-ragu dia itu siapa. Setelah kami dan dia sudah saling melewati satu sama lain, gue berkata pada teman gue, "Sob itu cewe tadi mirip banget sama Eva Celia men. Tapi rambutnya panjang sih". Dengan santai teman gue cuma bilang, "Itu emang Eva Celia bego".
Gue pun kaget, "SERIUSAN LOOO???!!!!!!!"
Dan ketika gue menoleh ke belakang buat ngeliat dia lagi, Eva sudah hilang diantara lautan manusia disana. ~








                                         
                                                       ~ Eva Celia Gunawan ~






Yaa berhubung gue baru aja melewatkan momen ketemu sama seorang Eva Celia, gue pun sempet nyesel selama beberapa saat. Coba aja tadi gue nyadar kalo itu emang beneran Eva, kan lumayan gue bisa minta foto bareng haha. Dan suatu saat dia bakal bangga bisa foto sama gue (Amin!) haha :D.
Dan selagi gue masih menyesali kebodohan gue beberapa detik yang lalu, sohib gue (sebut saja namanya Ezar) tiba-tiba berkata ke gue, "Feb, buruan nih udah mau jam 11. Lo gak mau ngeliat temen lo ini nampang diatas panggung? Haha". Gue pun baru sadar kalo udah mau jam 11. Gue langsung menjawab, "Yaudah deh ayok langsung ke stage lo. Gue pengen liat seberapa kuat chemistry antara lo dan Fender usang lo itu haha. Nama panggung lo apa?". "Citra Intirama Stage, Feb" jawab Ezar cepat.


Gue dan dia bergegas menuju tempat yang dimaksud. Langkah kaki kami semakin cepat. Kalo aja ada ojek di dalem kawasan itu, gue bakal naik itu ojek. Beberapa menit kemudian gue dan dia sudah resmi sampai di panggung Citra Intirama. Dia langsung check sound bersama dengan bandnya. Menurut rencana mereka akan membawakan lima buah lagu. Satu diantara kelima lagu itu adalah lagu mereka sendiri, yang adalah lagu jazz instrumental. Empat lagu yang lain adalah lagu Suit n Tie - Justin Timberlake, Thinking bout You - Frank Sinatra, Happy - Pharrel Williams, dan Virtual Insanity - Jamiroquai. Selama sekitar 15 menit gue menikmati perform mereka. Kesempatan yang sangat langka buat gue menonton temen gue ini manggung, karena gue juga lumayan sibuk (ehem) dan mayoritas dia manggung di tempat-tempat yang lumayan jauh dari rumah gue. Segelas Cappuccino hangat menemani gue ketika itu. Gue sangat nyaman dan menikmati suasana saat itu.







 
                      
                             (Temen gue memiliki tampang paling senga tapi berhati Cherrybelle)






Selesai bandnya manggung, gue langsung memberi selamat ke dia. Jujur gue sendiri bangga ngeliat dia ketika itu. Dia udah hampir berhasil mewujudkan mimpinya selama ini. Dan gue adalah saksi betapa sulit dan panjangnya proses itu. Kadang gue jadi ngerasa terpacu buat memperjuangkan mimpi gue sendiri. Dan melalui blog inilah gue merintis mimpi gue.


Dan setelah perform, dia mengajak gue untuk melihat penampilan musisi yang lain. Dari musisi yang masih 'kecil' sampai yang sudah punya 'nama'. Gue menikmati semuanya. Tapi kalau boleh jujur, kalo lo (iya lo, lo yang baca blog gue ini) pengen nikmatin komposisi jazz yang bener-bener kental, carilah di panggung-panggung kecil di sudut-sudut kawasan festivalnya, biasanya di dekat kafe atau restoran. Karena menurut gue, musisi-musisi yang tampil di panggung seperti itu lebih 'jujur' dalam mengapresiasikan feel mereka dalam ber-jazz-ing. Mereka juga tampak lebih menikmati kesempatan dan detik-detik ketika mereka tampil di atas panggung itu, bukan hanya sekedar tampil dan mencari keuntungan komersial semata. Jauh diatas mencari nilai Rupiah, tapi yang mereka cari adalah kepuasan hati mereka sendiri. Kepuasan dalam mengapresiasikan bakat bermusik dan penyampaian pesan kepada penonton. Itulah satu hal yang bagi gue bernilai lebih.







Selesai gue dan dia menikmati panjangnya malam itu, kami beristirahat di sebuah rumah makan cepat saji. Sambil sesekali menirukan bunyi saxophone Dave Koz di lagu Together Again, dia menceritakan bagaimana bangganya dia hari itu. Yang dulunya dia dan bandnya mendaftar di acara-acara pensi supaya bisa manggung, kadang tampil secara cuma-cuma, tapi sekarang dia udah bisa tampil di acara musik berkelas dan bahkan udah punya duit sendiri. Dari yang dulu dia biasa main PS bareng gue, sekarang dia udah mau jadi artis. Ketika itu jam menunjukkan pukul 02.35. Gue yang memang memutuskan pulang pagi harinya ke rumah, mulai membahas banyak hal sama dia sambil menghabiskan waktu. Gue sempet ngajak dia kumpul bareng-bareng lagi sama temen-temen yang dulu, sekedar makan atau futsal bareng, atau bahkan main PS bareng lagi. Ya, berhubung dia udah resmi jadi (calon) artis, dia berkata bahwa hanya waktulah hambatan yang menghalanginya berkumpul lagi bareng gue dan temen-temen lama. Padahal kita emang udah jarang banget kumpul rame-rame. Dengan alasan mempersiapkan album bandnya yang pertama dan pembentukan projek band barunya yang lain, dia minta maaf ke gue. Sejujurnya dia juga ingin kumpul bareng-bareng gue dan yang lain, tapi sekarang bukan waktu yang pas. Gue agak kesel juga dia jadi sok sibuk gitu, tapi setelah gue pikir-pikir, gapapalah. Apa yang salah dari orang yang lagi giat-giatnya ngerjar mimpinya, ya gak sih? ~



Sahabat gue ini sudah berhasil merintis mimpinya dari bawah. Dan gue adalah saksi hidup dari perjuangannya tersebut. Sekarang ini dia sedang melebarkan sayapnya dengan membentuk beberapa project band baru dengan temannya yang lain. Dia ingin agar dirinya benar-benar bisa meraih keinginannya dengan proses yang panjang dan benar, hingga nantinya dia bisa menjadi musisi yang benar-benar berhasil dan diakui oleh orang banyak. 


Lalu bagaimana dengan gue sendiri? Melalui blog ini, gue juga sedang merintis mimpi gue sendiri. Dan perjuangan gue baru saja dimulai. Mimpi gue untuk bisa menjadi penulis yang sukses dan bisa menginspirasi banyak orang. Atau paling tidak, gue bisa menyalurkan hobi gue dan bisa berbagi kisah gue pada orang lain. Atau paling tidak (lagi), gue bisa membuat orang lain merasa senang dan nyaman saat mereka membaca karya gue ini.

So, buat lo yang juga lagi rajin-rajinnya mau ngejar mimpi lo, apapun itu, jangan berhenti sampe mimpi lo tercapai. Karena suatu hari nanti akan ada cerita yang bisa lo kasih ke anak dan cucu lo.







~Sekian~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Nostalgia Volunteer Java Jazz Festival 2016

Gue dan 'My Blog-graphy'

Ketika Kau LDR